Wahyu (kk: kabar, tanda,
peringatan, berita) Untuk
Wahyu (kb)
Tepat setelah
satu tahun lebih dari peristiwa yang dulu sempat membuat diri ini terhenti
sejenak. Sudahlah sepertinya kenangan detail yang mengenai hal itu tersisa
sedikit. Iya, lagu yang booming dari
Geisha tentang melumpuhkan ingatan akan hal yang tidak mengenakan itu terkabul
oleh Tuhan ternyata. .. “bersyukur”..
Ok, baiklah disini diri bukan mau bernostalgia akan kenangan masa
lalu, atau bermain kuis ingat-mengingat atau bahkan menyerukan serangan dan
dendam yang masih membara. Cielah.. serius ini bukan untuk membahas hal-hal
konyol seperti itu bukan untuk curhat gaje, pembelaan diri atau apapun yang
terdengar seperti meratapi. Disini diri akan mencoba berbagi padangannya
mengenai suatu peristiwa yang sempat menghempas dan menjadi bagian dari hal
tersebut sehingga diri bisa mengambil banyak pelajaran untuk dibagi dan
membuang hal-hal yang tidak perlu. Iya membuang? Kenapa harus dibuang? Karena
pada hakikatnya memang membuang lebih kuat dari pada membenci tur pun
melupakan. Dengan membuang kita tidak sibuk mengingat kesalahan siapa sehingga
benci dan masih teringat dan melupakan adalah hal yang tidak mustahil bisa terjadi
dan tidak mustahil pula sesekali datang menghampiri (datang lagi).
Mari kita
urai satu demi satu …
1. KOMUNIKASI
adalah hal yang Sangat Penting, Seberat Apapun Sesibuk Apapun jika itu sudah
diprioritaskan, KOMITMEN lebih
Mudah dipegang
Pernah
denger istilah sesuatu tergantung dari awalnya. Jika awalnya baik hasilnya bisa
baik pula. Tapi akan hal itu diri membantah . Atas semua yang dimulai dengan
tidak baik maka bisa saja diselesaikan dengan hal baik. Iya tau istilah,
“manusia yang dilihat amalan akhirnya kan? Akhir
baik atau akhir buruk?” tapi
akhirnya itu biasanya tergantung dengan kebiasaannya selama hidup. *catet
Nah
kembali ke point pertama. “Komunikasi”, jadi antara diri dan orang ini memang
ternyata bukan sepasang yang berkomunikasi secara intens seperti pasangan pada
umumnya. Gak ada adegan-adengan menanyakan kegiatan sehari-hari yang mungkin
terlihat lebay untuk sekedar bertanya “udah makan belum? Kamu dimana? Dan
bla-bla-bala..” tapi ternyata itu adalah pupuk perhatian yang sebenernya dasar
sekali tapi sangat perlu ternyata.
Entah
dari mana mulanya, entah karena memang cuek, atau memang belum bulat ketika
memutuskan komitmen atau sembunyi dari teman dan orang tua. Entahlah. Jangan
saling menyalahkan. Mau bagaimanapun sudah tidak bisa diperbaiki toh, sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan itu berlarut-larut sampai 2 tahun lebih jadi stop
pembelaan. Jadi tidak ada drama alay itu di kamus pasangan diri dan orang itu.
Komunikasi adalah kejadian dimana hal yang bener-bener penting dan gak ada
basa-basi antara kami.
Kedepan
bagi diri dan siapapun pasangan yang sependapat. Komunikasi itu penting, bukan
berarti lebay atau drama tapi itu adalah pupuk. Suka atau tidak suka minimal
komunikasi itu harus ada setiap harinya. Sekarang zaman sudah canggih toh, mau
ada di benua beda pun semuanya bisa sekarang. Atau bahkan ketika memang gak memungkinkan
sama sekali pun masih bisa dilakukan
dengan menyimpan semua cerita dan kabar yang berhasil karya, wedeww.. ya kayak
menulis/menggambar. Bagus kan setidaknya mengasah keterampilan dan bakat yang
terpendam.
2. Mata Boleh Buta, tapi Telinga Masih bisa
mendengar toh? Memperjuangkan Sendiri Itu Sulit, JANGANLAH BERSUSAH PAYAH JIKA YANG DIPERJUANGKAN UNTUK BERDUA!
Inilah
pentingnya keluarga, teman baik ataupun kondisi dimana diri tidak sendirian.
Dia punya cara untuk menyalurkan rasa kecewa sedih dan bahkan bahagianya. Kita
makhluk sosial. Atau sediam apapun diri, kamu punya cara untuk bercerita entah
itu misalnya pada boneka ataupun cukup Tuhan tempat semua cerita dan keluh
kesah, “nah itu adalah jalan terbaik!”.
Dengar
pendapat mereka,tidak bisa serta merta kamu menyanggah, gak seharusnya terus
menerus membela, kamu dengar dan resapi. Tidak semua teman menjerumuskan, diri
pasti punya teman yang bisa dipercaya kan?. Terlebih keluarga, Mereka adalah
satu-satunya orang yang bisa menerima apapun yang kau alami dengan tangan
terbuka. Bagaimana mungkin diri menutup telinga tentang penilaian tentang orang
itu. “dengarkan, dengarkan, dengan
mendengar kamu akan jadi bijaksana!”
Ingat
rumus menerima apa adanya hanya berlaku untuk hal-hal yang berbau fisik keadaan
yang udah menjadi takdir orang tersebut dan tidak bisa diubah awalnya karena
ini sudah menjadi takdirnya, (contohnya: tinggi, pendek, putih, hitam, manis,
dll). Sementara upgrade kualitas diri
tentang sikap dan tingkah laku dan kemampuan pribadi harus terus dilakukan atas
dua belah pihak. Benar lagu tulus yang lyriknya bercerita bahwa jangan
mencintai seseorang apa adanya. Iya perubahan ke arah positif itu penting. “bukankah orang yang paling baik adalah yang
paling lama umurnya dan paling banyak (meningkat pula ) amal baiknya?”
Mau disanggah? mungkin, karena iman seseorang
adalah naik turun. Tapi ingat kita tidak bisa diam saja menerima perilaku buruk
orang dengan membiarkannya begitu saja. Ada kewajiban moral untuk bisa
mengingatkan. Untuk berubah. Ada istilah dalam bahasa sunda yang berbunyi, “Adat kakurung Ku Iga” yang berarti bahwa
kebiasaan yang udah mendarah daging alias ngak bisa dirubah.
Namun bukan berarti tidak bisa dihentikan bukan?. “Sesuatu
yang buruk kenapa harus dipertahankan sih?? Itu Parasit Okey!” Batu juga jika
terus menerus ditetesi air juga jadi terkikis.
Tapi
ternyata ada satu hal yang diri gak sadar, diri bukankah pemegang kendali akan
perubahan itu. Keinginan dasar untuk berubah ya harus dimulai dari orang itu
sendiri. Mau berubah atau terus menerus merasa benar, terus menerus mengeluh,
pemarah, menyalahkan orang dan segala sifat yang sebenernya sangat merugikan
dirimu sendiri, bukan orang lain tapi dirimu. Ingat diri bukan pengendali
siapapun, sekuat apapun diri gak bisa mengendalikan orang itu! Ternyata tugas
Diri hanya mengingatkan. Berjuang sendiri itu tidak baik, terlebih orang yang
diperjuangkan tidak menginginkan perubahan.
Sudah,
belajarlah menerima sesuatu yang tidak baik itu menyiksa. Menggerus dan bahkan
jika diri tidak punya benteng yang kuat maka tinggal menunggu waktu untuk
menunggu kerusakan diri. Berhenti jika itu tidak Adil! Berhenti untuk siapapun
yang memperjuangkan orang yang sebenernya setengah hati, berhenti. Ingat
kebahagiaan adalah pilihan tetapi bertahan di sesuatu yang menyiksa adalah
suatu kesalahan. “Diri Bukan Penyelamat,
Stop being a Hero!”
3.
Mencintai Sewajarnya, Membenci Sewajarnya,
begitupun PERCAYA juga
sewajarnya.
Masih
ingat ketika beberapa waktu sebelum kejadian di akhir 2014 lalu. Waktu itu di
bulan oktober, bulan dimana kamu harus menyelesaikan tesis agar bisa segera
sidang dan wisuda bareng desember nanti. Wajahmu juga masih terlihat karena
kesal karena diri yang maju sidang lebih dulu sehingga diri bisa dengan tenang memegang
tiket wisuda 08 desember 2014 nanti.
Orang itu
menggerutu sesekali meminta bantuan diri akan hal yang bisa diri lakukan karena
kita mengambil bidang yang yang sama toh, “MK”.
Dengan semangat 45 diri menjelaskan tentang seputar pertanyaan di sidang dan
hal-hal yang harus dilengkapi atau dikurangi, kita sharing banyak hal tentang materi itu, “seru ternyata!”.. Sudah
sudah skip, dalam hati saya berdoa demi kelancaran agar bisa selesai dengan segera. Tanpa
memikirkan banyak hal diri bantu sebisa mungkin apa yang bisa bantu tanpa
memikirkan hal apapun. Tetapi Pertanda dari Tuhan (*Saya menyebutnya Wahyu) itu
sedikit demi sedikit datang dan seakan ingin memberikan pertanda namun diri
tidak menyadarinya.
Di tengah
asyik bercerita, tetiba orang itu berkata tentang mantannya yang ternyata
sedang bersedih dikarenakan ditinggalkan menikah oleh pacarnya. Diri Cuma
sesekali menanggapi dengan berpikir bahwa “oh, yasudahlah..” sesekali mengejek
dengan nada becanda tapi dalam hati kesal berkata, “terus kalo dia ditinggalin
nikah kamu mau balikan lagi ama dia?”. Orang itu malah tertawa, “sambil bilang
enggaklah.. enggak”
Seperti
biasa diri memang orang yang gak suka menerima pujian atau penghargaan hanya
diam saja dan tidak mau menanggapi. Namun itu adalah wahyu awal. Wahyu-wahyu
berikutnya timbul seiring dengan kepercayaan seorang diri akan orang itu. Tidak
peduli komunikasi yang memang sudah sangat tidak baik terlebih memang bukan
komunikan intens atau bahkan kejadian ketika bertemu yang sangat mencurigakan
bagi diri dimana orang tersebut menyembunyikan (melarang) melihat HP miliknya.
Diri dengan segala kepercayaannya tidak terlalu ambil pusing. Yasudahlah,
meskipun sebenernya hatinya berkata, “ada apa ya?”diri bukan orang yang mahir
dalam negosiasi.
“Jarak
memang menjadi kendala”, Itu pikir diri. Atas semua kecurigaan yang sebenernya
ada diri tidak peduli. Setelah menyerah menjadi seorang penyelamat dan mencoba
menerima hal baik saja tanpa menghiraukan yang kurang baik, yasudah poin
terpenting yang diri miliki adalah PERCAYA,
sudah cukup (titik).
Waktu
terus berlalu, hingga akhirnya diri sempet mengantarkan orang itu menuju
sidang. Itu pertemuaan terakhir sepertinya sebelum kejadian besar itu. Bahkan
diri sangat memaklumi kesibukan orang itu dengan mengambilkan undangan wisuda
ke ibu kosnya. “Kamu benar-benar sibuk
yak?,” pikir diri.
Sudahlah
kita berjarak. Tapi kenapa komunikasi itu semakin berjarak pula. Ko berbanding
lurus, bukannya harusnya lebih kangen yak, kan sudah jarang ketemu. Terlebih setelah sidangmu selesai. Sudahlah
diri terus percaya. Bulan ini sudah masuk bulan November dimana hari diri
lahir. Orang itu tetap saja sibuk ternyata, bahkan untuk sekedar datang dihari
bersejarah bagi diri pun tidak sempat. Pikirnya dengan kado itu cukup. Tapi
esensinya bukan itu, hadirnya. “hadeuh ingetan ini kenapa muncul lagi.
Sudah-sudah saya buang!” intinya adalah doa dan pengertian itu lebih dibutuhkan
dibanding semua itu. Masih mau berkeluh kesah kalo kamu sedang memperjuangkan kehidupan
masa depan kita? Itu masa depan kamu, bukan masa depan kamu dengan diri.!”
Tidak semua hal bisa digantikan begitu saja, ada beberapa momen berharga yang
gak bisa diganti. Diri bukan orang yang terlalu ngoyo kok! Coba ingat-ingat
lagi!
…
November akhir
2014, 8 hari menuju wisuda. Komunikasi tidak baik. Ini seperti kumpulan dari
semua kesakitan yang diterima oleh diri. Sudah tidak bisa dipertahankan, dan
diri entah mendapatkan kekuatan dari mana dia bisa berbicara selugas itu. Dia
memutuskan berakhir. Diri memang sudah sering memutuskan berhenti tapi kali ini
berbeda. Ini berarti lugas dan memang harus berakhir. Akhirnya dua orang ini
berakhir namun entah mengapa orang itu masih berhubungan baik dan berharap
membaik lagi kepada diri. Sementara di sisi lain, Diri adalah orang yang
canggung, mau bagaimanapun dia tidak bisa serta merta bisa bersikap normal.
Jadi terkadang diri bukan bertingkah ingin menghindar tapi biarkan dia begitu,
biarkan dia berjalan normal dahulu hingga dia biasa membaur kembali. Dan Hal
ini yang tidak bisa dihargai orang itu.
Tuhan itu
maha baik pada diri. Kejutan demi kejutan dimulai, wahyu demi wahyu
bermunculan. Ketidakberesan hubungan orang dan diri semakin tidak benar dirasa.
Diri menyerah dan yakin bahwa berpisah memang benar meskipun orang itu
terkadang menggangu. Dan akhirnya ketika wisuda itu…
Orang tua
diri yang tidak tau apa-apa tetiba ingin bertemu dengan orang itu. diri sebagai
anak hanya menunaikan kewajibannya meskipun sudah bilang sekarang sudah tidak
sedekat dulu namun ibu tetep ingin ketemu. Entahlah terkadang wanita memang
lebay. Ups, diri lupa dia juga wanita sehingga menuruti permintaan ibunya yang
hanya ingin bertemu. Disitu diri masih belum menemukan/menyadari apa-apa.
…
Diri
dengan semua masa pemulihannya terus menjalani hidupnya. Terkadang orang itu
menganggu dengan panggilan menggelikan yang seharusnya sudah tidak disematkan
lagi pada dua orang yang sudah tidak lagi bersama. Namun sama hal nya dengan
pertemuan, perpisahan pun sedikit ribet. Terlebih puncak kemarahan orang itu
ketika mengungkit semua pengorbanannya terhadap diri. Sampai akhirnya diri
berkata ingin mengembalikan semua barang pemberian orang itu. Iya kalo dalam
perceraian ada hak asuh anak dan gono-gini. Dalam istilah pasangan ini juga
mengenal ganti rugi. Diri sedih sekali.. Bukan karena tak mampu mengembalikan
apa-apa yang sudah diterimanya namun sedih ketika mengetahui bahwa semua itu
bukan keihklasan. “Hadeuh, kenapa ini berlarut-larut lagi. Stop! Skip!..
buang!..”
Iya sama seperti tumpukan barang yang harus
dibuang. Diri berkomitmen untuk tidak memakainya lagi. Tapi diri tidak
melupakan satu barang yang dia jual, bukan karena diri tidak mau membuangnya
begitu saja ataupun mengembalikannya. Tapi karena Orang itu sadar dia salah
sudah berkata kasar dan tidak baik pada diri, sehingga diri beranggapan akan
memanfaatkan barang tersebut dengan menjualnya,. Hanya satu barang. Toh pada
akhirnya lenyap juga kan dihadapan mata. Iya, Diri melenyapkannya dengan cara lain. Itu adalah
kado yang kamu berikan di November 2014 lalu, yang sebenarnya hadir dan
pengertian serta waktu lebih mahal dibanding kado itu. #Itu.Dulu
Sudah,
Sudah.. tidak benar ini terlalu banyak unsur curhatnya. Kita masuk ke bagian
terpenting dari adengan menegangkan itu. tepat 4 januari sepulang adik diri
pulang dia bercerita tentang orang itu yang membawa wanita bercadar ketika
wisuda. Itu 8 desember dimana diri masih memintanya bertemu ibu, hari dimana
dia masih memberikan setangkai bunga ketika wisuda. Ternyata itu alasannya, Tuhan
maha baik, dia menutupi kejadian itu pada diri” diri tidak melihat wanita itu
sama sekali. Tapi teman-temannya mengamini bahwa memang wanita bercadar itu
datang.
Hati diri
saat itu tergoncang, bukan karena apa. Mungkin karena dia masih dalam masa pemulihan
terlebih dengan masih intensnya perhatian dari orang itu. akhirnya dia mencoba
menenangkan diri dan membuka akun media sosial orang itu yang ternyata Berkat
Tuhan masih terbuka di laptop diri. Dan betapa kagetnya. Semuanya terjawab
disitu. Semuanya, Semuanya.. Semuanya terencana dengan matang ya semuanya..
Bagaimana
undangan itu dipesan, percakapan dengan wanita tersebut bahkan sebelum dengan
diri benar-benar berakhir, percakapan dengan oknum lain tentang persiapan
pernikahan yang begitu terlihat tergesa disaat dia masih memperjuangkan diri,
iya dengan wanita yang ternyata cinta pertamanya. Yaampun semuanya terlihat
nyata. Batin saat itu terguncang,
pikirnya mengapa begitu cepat. Bahkan sebelum teman mengetahuinya, diri tahu
dengan detail tanggal berapa dia akan menikah dan semua kebohongan yang
tersembunyi itu. Tuhan telah membuka tabirnya pada diri. Sudahlah..
Dari hal
ini dapat dipetik bahwa kepercayaan itu memang penting, tapi Tuhan selalu
menyelamatkan hambanya. “Cukup pada Tuhan sajalah diri percaya!”
4.
“Karena TUHAN MAHA PECEMBURU”
Dari
semua yang telah terjadi, sepertinya diri jadi sedikit mendewasa. Kita boleh
saja berandai-andai memiliki suatu hubungan yang indah, merencanakan semua hal
yang baik akan kelangsungan masa depan. Namun sadar atau tidak kita disini
adalah wayang yang dikendalikan oleh dalang. Terlepas dari apapun yang telah
diusahakan dan dikorbankan. Diikat distempel dilakban agar menjadi hak milik
pribadi. Tapi Tuhan adalah Sang Maha Cinta. Pernah dengar istilah, “jangan
mencintai berlebihan, percaya berlebihan, membenci berlebihan?” nah hal ini ada
kaitannya. Karena Tuhan Maha Pencemburu.
Mana
mungkin dia membiarkan diri yang terus menerus memikirkan wayangnya yang tidak
bisa memberikan manfaat ataupun kejahatan sedikit pun kecuali oleh ijin
Nya?Mana mungkin dia akan mendiamkan saja wayangnya rusak dan terinjak-injak
oleh cinta yang melebihi cinta kepadaNya. Sudahlah itu tidak baik. Cukup
berkata karena bukan jodohnya bukan takdirnya. Ingat selalu akan firman indah
Tuhan bahwa, “wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik, begitupun
sebaliknya”. mungkin orang itu belum sebaik yang sekualifikasi yang diri
harapkan, begitupun sebaliknya diri ini belum pantas untuk orang itu.
5.
Banyak HIKMAH
disini, Jika Untuk PEMBUKTIAN, diri
malah mendapat Berkah.
Atas apa
yang terjadi sudahlah, diri Cuma ingin bilang terimakasih sudah singgah,
begitupun atas semua kekhilafan. Masih kamu simpan toh pesan saya ke
keluargamu, bukan tak bisa menemui langsung, namun diri takut disangka masih
berharap. Semua tugas saya selesai disini, tugas untuk saling menopang menjadi
pribadi yang lebih baik, tugas kuliah mu tesismu, bolehlah diri ini berbangga
sedikit setidaknya pernah mendampingi sampai selesai. Untuk pekerjaanmu
mulailah untuk tidak bosan ya. Kamu bukan lagi orang bebas sekarang, tanggungan
akan keluarga harus dipikirkan. Stop mengeluh, menyalahkan orang. Sudahlah
mendewasalah.. seperti diri yang disini
berdiri tegar untuk terus mendewasa mengambil banyak hikmah.
Diri
sudah menyelesaikan tugasnya, tak secuilpun dia melupakan bahwa pasti ada
kebaikan dari orang itu sebagaimanapun dia pernah melukai. Itu manusiawi bukan?
Sudahlah diri tidak menghiraukannya. Diri hanya ingin mengatakan satu hal yang
mengganjal, “jika ini memang direncanakan untuk menzalami diri untuk
membuktikan untuk mendapatkan yang lebih baik, itu salah besar, diri tidak
merasa tersakiti sama sekali. Banyak hikmah disini”
Jika boleh
diri berbagi hikmah sedikit, diri masih ingat tentang pesan ibumu untuk tidak
dulu menikah cepat. Masih tergambar harapan besar dari ibumu, masih tergambar, tidakkah kamu melihatnya?... Kamu ingat tidak, diri ini mengamini dan berkata
bahwa diri ini juga anak pertama, meski wanita, diri masih punya mimpi untuk
kebahagiaan keluarganya. Ini sejalan bukan?
Jika kamu sadar. Diri ini sangat bersyukur setidaknya masih bisa memilki
waktu untuk memuliakan orang tuanya. Terimakasih ya.. Setidaknya terimakasih
pula akan kejadiaan ini sehingga diri tetap
tidak mengingkari janji ke ibumu juga terima kasih atas kesempatan diri
untuk bisa bersama keluarganya. Keluarga yang sempat sedikit terlupakan karena
kesibukannya bersamamu, tapi sekarang diri sadar akan betapa bahagianya diri
dengan keluarganya. Terimakasih atas waktu yang diberikan sehingga diri bisa
terus berjuang meng-upgrade diri
untuk memuliakan orang tua. Terima kasih sekali.
Selanjutnya,
terimakasih dengan kejadiaan ini diri bisa lebih terbuka dan sadar bahwa kita
hanya memerlukan beberapa teman yang terbaik saja, tak perlu banyak yang
penting terus dibina sampai kita berkeluarga kelak. Iya, silaturahim dengan
teman-teman terbaik yang dulu mungkin saya sangat jarang waktu sekarang bisa
intens kembali. Terimakasih atas hikmah yang selanjutnya bisa menyambung
kembali tali silaturahim yang pernah putus.
Sebenarnya
masih banyak hikmah lain lagi yang entah berapa kata lagi yang diri tuliskan di
blog ini. Intinya dari sini diri memiliki waktu untuk mendewasa, mendengar, dan
membuka diri akan hal baru. Diri yang senang ngebolang, diri yang sedang
mencari dan belajar tentang kehidupan hingga akhirnya bisa dibagi. Terimakasih
dan terimaksih sekali…
6. Atas Janji Masa Lalu Diri Melepaskan
Dan Melupakan, Namun Kewajibanmu Untuk MEMOHON
MAAF Masih Layak Kamu Tunaikan.
Seperti
yang pernah sering diri utarakan bahwa “seorang pria yang dipegang adalah
kata-katanya, janjinya!”. Jadi tanpa maksud diri ingin menyinggung tentang
janjimu pada diri begitupun mengingatkan. Tidak! Tidak sama sekali!”
Di point
terakhir ini diri hanya ingin bilang, bahwa diri melepaskan dan merelakan semua
janji yang kamu pernah utarakan. Diri sangat rela untuk melepaskan. Bukan
karena orang itu sudah dengan yang yang lain ataupun bukan karena diri ini
ingin dibilang move away/move on. Bukan, tapi diri hanya tidak ingin
memberatkan hisabmu. Sudahlah diri sangat mengerti atas kejadiaan ini. Itulah
sebabnya Tuhan memberikan kemampuan untuk diri membuang sisi pahit sehingga
tidak berbekas, tur pun ketika kenangan itu datang, dengan sangat mudah Tuhan
merangkul diri untuk tersenyum dan berbahagia dengan keadaannya sekarang.
Hanya
satu hal saja yang ingin diri sampaikan. Tolong sampaikan maafmu pada orang tua
diri. Bukan berarti mereka mengharapkanmu, namun jika kamu masih mengingatnya.
“Janji itu pernah kamu utarakan kepada meraka bukan..?”
Diri ini
bukan pendendam, begitupun dengan orang tua diri bukan berarti meraka
mengharapkan maaf. Kami bukan orang yang haus akan hal maaf/gila hormat seperti
ini, bukan begitu. Namun ada baiknya kamu pergi dengan baik sebagaimana kamu
datang. sehingga kamu tidak perlu lagi menghindari diri, tak perlu menghindari
diri.
Terakhir
semoga Tuhan merahmati keluargamu, “Barakallahulaka
wa Barokalloh alaika wa jama’a bainahuma fii khair” kado dari diri untukmu
di 25 januari 2015 lalu.
Allah saves you, and Allah will lead you to a better one, other than him, keep smile, thank you for sharing it 진구야 😚
BalasHapusAlhamdulillah mba ay :)
BalasHapus