Langsung ke konten utama

Wahyu Untuk Wahyu

Wahyu (kk: kabar, tanda, peringatan, berita) Untuk Wahyu (kb)

Tepat setelah satu tahun lebih dari peristiwa yang dulu sempat membuat diri ini terhenti sejenak. Sudahlah sepertinya kenangan detail yang mengenai hal itu tersisa sedikit. Iya, lagu yang booming dari Geisha tentang melumpuhkan ingatan akan hal yang tidak mengenakan itu terkabul oleh Tuhan ternyata. .. “bersyukur”..
Ok, baiklah disini diri bukan mau bernostalgia akan kenangan masa lalu, atau bermain kuis ingat-mengingat atau bahkan menyerukan serangan dan dendam yang masih membara. Cielah.. serius ini bukan untuk membahas hal-hal konyol seperti itu bukan untuk curhat gaje, pembelaan diri atau apapun yang terdengar seperti meratapi. Disini diri akan mencoba berbagi padangannya mengenai suatu peristiwa yang sempat menghempas dan menjadi bagian dari hal tersebut sehingga diri bisa mengambil banyak pelajaran untuk dibagi dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Iya membuang? Kenapa harus dibuang? Karena pada hakikatnya memang membuang lebih kuat dari pada membenci tur pun melupakan. Dengan membuang kita tidak sibuk mengingat kesalahan siapa sehingga benci dan masih teringat dan melupakan adalah hal yang tidak mustahil bisa terjadi dan tidak mustahil pula sesekali datang menghampiri (datang lagi). 
Mari kita urai satu demi satu …

1.     KOMUNIKASI adalah hal yang Sangat Penting, Seberat Apapun Sesibuk Apapun jika itu sudah diprioritaskan, KOMITMEN lebih Mudah dipegang

        Pernah denger istilah sesuatu tergantung dari awalnya. Jika awalnya baik hasilnya bisa baik pula. Tapi akan hal itu diri membantah . Atas semua yang dimulai dengan tidak baik maka bisa saja diselesaikan dengan hal baik. Iya tau istilah, “manusia yang dilihat amalan akhirnya kan? Akhir baik atau akhir buruk?” tapi akhirnya itu biasanya tergantung dengan kebiasaannya selama hidup. *catet
        Nah kembali ke point pertama. “Komunikasi”, jadi antara diri dan orang ini memang ternyata bukan sepasang yang berkomunikasi secara intens seperti pasangan pada umumnya. Gak ada adegan-adengan menanyakan kegiatan sehari-hari yang mungkin terlihat lebay untuk sekedar bertanya “udah makan belum? Kamu dimana? Dan bla-bla-bala..” tapi ternyata itu adalah pupuk perhatian yang sebenernya dasar sekali tapi sangat perlu ternyata.
        Entah dari mana mulanya, entah karena memang cuek, atau memang belum bulat ketika memutuskan komitmen atau sembunyi dari teman dan orang tua. Entahlah. Jangan saling menyalahkan. Mau bagaimanapun sudah tidak bisa diperbaiki toh, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan itu berlarut-larut sampai 2 tahun lebih jadi stop pembelaan. Jadi tidak ada drama alay itu di kamus pasangan diri dan orang itu. Komunikasi adalah kejadian dimana hal yang bener-bener penting dan gak ada basa-basi antara kami.
        Kedepan bagi diri dan siapapun pasangan yang sependapat. Komunikasi itu penting, bukan berarti lebay atau drama tapi itu adalah pupuk. Suka atau tidak suka minimal komunikasi itu harus ada setiap harinya. Sekarang zaman sudah canggih toh, mau ada di benua beda pun semuanya bisa sekarang. Atau bahkan ketika memang gak memungkinkan sama sekali pun  masih bisa dilakukan dengan menyimpan semua cerita dan kabar yang berhasil karya, wedeww.. ya kayak menulis/menggambar. Bagus kan setidaknya mengasah keterampilan dan bakat yang terpendam.

2.    Mata Boleh Buta, tapi Telinga Masih bisa mendengar toh? Memperjuangkan Sendiri Itu Sulit, JANGANLAH BERSUSAH PAYAH JIKA YANG DIPERJUANGKAN UNTUK BERDUA!

        Inilah pentingnya keluarga, teman baik ataupun kondisi dimana diri tidak sendirian. Dia punya cara untuk menyalurkan rasa kecewa sedih dan bahkan bahagianya. Kita makhluk sosial. Atau sediam apapun diri, kamu punya cara untuk bercerita entah itu misalnya pada boneka ataupun cukup Tuhan tempat semua cerita dan keluh kesah, “nah itu adalah jalan terbaik!”.
        Dengar pendapat mereka,tidak bisa serta merta kamu menyanggah, gak seharusnya terus menerus membela, kamu dengar dan resapi. Tidak semua teman menjerumuskan, diri pasti punya teman yang bisa dipercaya kan?. Terlebih keluarga, Mereka adalah satu-satunya orang yang bisa menerima apapun yang kau alami dengan tangan terbuka. Bagaimana mungkin diri menutup telinga tentang penilaian tentang orang itu. “dengarkan, dengarkan, dengan mendengar kamu akan jadi bijaksana!”
        Ingat rumus menerima apa adanya hanya berlaku untuk hal-hal yang berbau fisik keadaan yang udah menjadi takdir orang tersebut dan tidak bisa diubah awalnya karena ini sudah menjadi takdirnya, (contohnya: tinggi, pendek, putih, hitam, manis, dll). Sementara upgrade kualitas diri tentang sikap dan tingkah laku dan kemampuan pribadi harus terus dilakukan atas dua belah pihak. Benar lagu tulus yang lyriknya bercerita bahwa jangan mencintai seseorang apa adanya. Iya perubahan ke arah positif itu penting. “bukankah orang yang paling baik adalah yang paling lama umurnya dan paling banyak (meningkat pula ) amal baiknya?”
        Mau disanggah? mungkin, karena iman seseorang adalah naik turun. Tapi ingat kita tidak bisa diam saja menerima perilaku buruk orang dengan membiarkannya begitu saja. Ada kewajiban moral untuk bisa mengingatkan. Untuk berubah. Ada istilah dalam bahasa sunda yang berbunyi, “Adat kakurung Ku Iga” yang berarti bahwa kebiasaan yang udah mendarah daging alias ngak bisa dirubah.
Namun bukan berarti tidak bisa dihentikan bukan?. “Sesuatu yang buruk kenapa harus dipertahankan sih?? Itu Parasit Okey!” Batu juga jika terus menerus ditetesi air juga jadi terkikis.
        Tapi ternyata ada satu hal yang diri gak sadar, diri bukankah pemegang kendali akan perubahan itu. Keinginan dasar untuk berubah ya harus dimulai dari orang itu sendiri. Mau berubah atau terus menerus merasa benar, terus menerus mengeluh, pemarah, menyalahkan orang dan segala sifat yang sebenernya sangat merugikan dirimu sendiri, bukan orang lain tapi dirimu. Ingat diri bukan pengendali siapapun, sekuat apapun diri gak bisa mengendalikan orang itu! Ternyata tugas Diri hanya mengingatkan. Berjuang sendiri itu tidak baik, terlebih orang yang diperjuangkan tidak menginginkan perubahan.
        Sudah, belajarlah menerima sesuatu yang tidak baik itu menyiksa. Menggerus dan bahkan jika diri tidak punya benteng yang kuat maka tinggal menunggu waktu untuk menunggu kerusakan diri. Berhenti jika itu tidak Adil! Berhenti untuk siapapun yang memperjuangkan orang yang sebenernya setengah hati, berhenti. Ingat kebahagiaan adalah pilihan tetapi bertahan di sesuatu yang menyiksa adalah suatu kesalahan. “Diri Bukan Penyelamat, Stop being a Hero!”

3.       Mencintai Sewajarnya, Membenci Sewajarnya, begitupun PERCAYA juga sewajarnya.

        Masih ingat ketika beberapa waktu sebelum kejadian di akhir 2014 lalu. Waktu itu di bulan oktober, bulan dimana kamu harus menyelesaikan tesis agar bisa segera sidang dan wisuda bareng desember nanti. Wajahmu juga masih terlihat karena kesal karena diri yang maju sidang lebih dulu sehingga diri bisa dengan tenang memegang tiket wisuda 08 desember 2014 nanti.
        Orang itu menggerutu sesekali meminta bantuan diri akan hal yang bisa diri lakukan karena kita mengambil bidang yang yang sama toh, “MK”. Dengan semangat 45 diri menjelaskan tentang seputar pertanyaan di sidang dan hal-hal yang harus dilengkapi atau dikurangi, kita sharing banyak hal tentang materi itu, “seru ternyata!”.. Sudah sudah skip, dalam hati saya berdoa demi kelancaran agar bisa selesai dengan segera. Tanpa memikirkan banyak hal diri bantu sebisa mungkin apa yang bisa bantu tanpa memikirkan hal apapun. Tetapi Pertanda dari Tuhan (*Saya menyebutnya Wahyu) itu sedikit demi sedikit datang dan seakan ingin memberikan pertanda namun diri tidak menyadarinya.
        Di tengah asyik bercerita, tetiba orang itu berkata tentang mantannya yang ternyata sedang bersedih dikarenakan ditinggalkan menikah oleh pacarnya. Diri Cuma sesekali menanggapi dengan berpikir bahwa “oh, yasudahlah..” sesekali mengejek dengan nada becanda tapi dalam hati kesal berkata, “terus kalo dia ditinggalin nikah kamu mau balikan lagi ama dia?”. Orang itu malah tertawa, “sambil bilang enggaklah.. enggak”
        Seperti biasa diri memang orang yang gak suka menerima pujian atau penghargaan hanya diam saja dan tidak mau menanggapi. Namun itu adalah wahyu awal. Wahyu-wahyu berikutnya timbul seiring dengan kepercayaan seorang diri akan orang itu. Tidak peduli komunikasi yang memang sudah sangat tidak baik terlebih memang bukan komunikan intens atau bahkan kejadian ketika bertemu yang sangat mencurigakan bagi diri dimana orang tersebut menyembunyikan (melarang) melihat HP miliknya. Diri dengan segala kepercayaannya tidak terlalu ambil pusing. Yasudahlah, meskipun sebenernya hatinya berkata, “ada apa ya?”diri bukan orang yang mahir dalam negosiasi.
        “Jarak memang menjadi kendala”, Itu pikir diri. Atas semua kecurigaan yang sebenernya ada diri tidak peduli. Setelah menyerah menjadi seorang penyelamat dan mencoba menerima hal baik saja tanpa menghiraukan yang kurang baik, yasudah poin terpenting yang diri miliki adalah PERCAYA, sudah cukup (titik).
        Waktu terus berlalu, hingga akhirnya diri sempet mengantarkan orang itu menuju sidang. Itu pertemuaan terakhir sepertinya sebelum kejadian besar itu. Bahkan diri sangat memaklumi kesibukan orang itu dengan mengambilkan undangan wisuda ke ibu kosnya.  “Kamu benar-benar sibuk yak?,” pikir diri.
        Sudahlah kita berjarak. Tapi kenapa komunikasi itu semakin berjarak pula. Ko berbanding lurus, bukannya harusnya lebih kangen yak, kan sudah jarang ketemu.  Terlebih setelah sidangmu selesai. Sudahlah diri terus percaya. Bulan ini sudah masuk bulan November dimana hari diri lahir. Orang itu tetap saja sibuk ternyata, bahkan untuk sekedar datang dihari bersejarah bagi diri pun tidak sempat. Pikirnya dengan kado itu cukup. Tapi esensinya bukan itu, hadirnya. “hadeuh ingetan ini kenapa muncul lagi. Sudah-sudah saya buang!” intinya adalah doa dan pengertian itu lebih dibutuhkan dibanding semua itu. Masih mau berkeluh kesah kalo kamu sedang memperjuangkan kehidupan masa depan kita? Itu masa depan kamu, bukan masa depan kamu dengan diri.!” Tidak semua hal bisa digantikan begitu saja, ada beberapa momen berharga yang gak bisa diganti. Diri bukan orang yang terlalu ngoyo kok! Coba ingat-ingat lagi!
        November akhir 2014, 8 hari menuju wisuda. Komunikasi tidak baik. Ini seperti kumpulan dari semua kesakitan yang diterima oleh diri. Sudah tidak bisa dipertahankan, dan diri entah mendapatkan kekuatan dari mana dia bisa berbicara selugas itu. Dia memutuskan berakhir. Diri memang sudah sering memutuskan berhenti tapi kali ini berbeda. Ini berarti lugas dan memang harus berakhir. Akhirnya dua orang ini berakhir namun entah mengapa orang itu masih berhubungan baik dan berharap membaik lagi kepada diri. Sementara di sisi lain, Diri adalah orang yang canggung, mau bagaimanapun dia tidak bisa serta merta bisa bersikap normal. Jadi terkadang diri bukan bertingkah ingin menghindar tapi biarkan dia begitu, biarkan dia berjalan normal dahulu hingga dia biasa membaur kembali. Dan Hal ini yang tidak bisa dihargai orang itu.
        Tuhan itu maha baik pada diri. Kejutan demi kejutan dimulai, wahyu demi wahyu bermunculan. Ketidakberesan hubungan orang dan diri semakin tidak benar dirasa. Diri menyerah dan yakin bahwa berpisah memang benar meskipun orang itu terkadang menggangu. Dan akhirnya ketika wisuda itu…
        Orang tua diri yang tidak tau apa-apa tetiba ingin bertemu dengan orang itu. diri sebagai anak hanya menunaikan kewajibannya meskipun sudah bilang sekarang sudah tidak sedekat dulu namun ibu tetep ingin ketemu. Entahlah terkadang wanita memang lebay. Ups, diri lupa dia juga wanita sehingga menuruti permintaan ibunya yang hanya ingin bertemu. Disitu diri masih belum menemukan/menyadari apa-apa.
        Diri dengan semua masa pemulihannya terus menjalani hidupnya. Terkadang orang itu menganggu dengan panggilan menggelikan yang seharusnya sudah tidak disematkan lagi pada dua orang yang sudah tidak lagi bersama. Namun sama hal nya dengan pertemuan, perpisahan pun sedikit ribet. Terlebih puncak kemarahan orang itu ketika mengungkit semua pengorbanannya terhadap diri. Sampai akhirnya diri berkata ingin mengembalikan semua barang pemberian orang itu. Iya kalo dalam perceraian ada hak asuh anak dan gono-gini. Dalam istilah pasangan ini juga mengenal ganti rugi. Diri sedih sekali.. Bukan karena tak mampu mengembalikan apa-apa yang sudah diterimanya namun sedih ketika mengetahui bahwa semua itu bukan keihklasan. “Hadeuh, kenapa ini berlarut-larut lagi. Stop! Skip!.. buang!..”
         Iya sama seperti tumpukan barang yang harus dibuang. Diri berkomitmen untuk tidak memakainya lagi. Tapi diri tidak melupakan satu barang yang dia jual, bukan karena diri tidak mau membuangnya begitu saja ataupun mengembalikannya. Tapi karena Orang itu sadar dia salah sudah berkata kasar dan tidak baik pada diri, sehingga diri beranggapan akan memanfaatkan barang tersebut dengan menjualnya,. Hanya satu barang. Toh pada akhirnya lenyap juga kan dihadapan mata. Iya, Diri  melenyapkannya dengan cara lain. Itu adalah kado yang kamu berikan di November 2014 lalu, yang sebenarnya hadir dan pengertian serta waktu lebih mahal dibanding kado itu. #Itu.Dulu
        Sudah, Sudah.. tidak benar ini terlalu banyak unsur curhatnya. Kita masuk ke bagian terpenting dari adengan menegangkan itu. tepat 4 januari sepulang adik diri pulang dia bercerita tentang orang itu yang membawa wanita bercadar ketika wisuda. Itu 8 desember dimana diri masih memintanya bertemu ibu, hari dimana dia masih memberikan setangkai bunga ketika wisuda. Ternyata itu alasannya, Tuhan maha baik, dia menutupi kejadian itu pada diri” diri tidak melihat wanita itu sama sekali. Tapi teman-temannya mengamini bahwa memang wanita bercadar itu datang.
        Hati diri saat itu tergoncang, bukan karena apa. Mungkin karena dia masih dalam masa pemulihan terlebih dengan masih intensnya perhatian dari orang itu. akhirnya dia mencoba menenangkan diri dan membuka akun media sosial orang itu yang ternyata Berkat Tuhan masih terbuka di laptop diri. Dan betapa kagetnya. Semuanya terjawab disitu. Semuanya, Semuanya.. Semuanya terencana dengan matang ya semuanya..
        Bagaimana undangan itu dipesan, percakapan dengan wanita tersebut bahkan sebelum dengan diri benar-benar berakhir, percakapan dengan oknum lain tentang persiapan pernikahan yang begitu terlihat tergesa disaat dia masih memperjuangkan diri, iya dengan wanita yang ternyata cinta pertamanya. Yaampun semuanya terlihat nyata. Batin  saat itu terguncang, pikirnya mengapa begitu cepat. Bahkan sebelum teman mengetahuinya, diri tahu dengan detail tanggal berapa dia akan menikah dan semua kebohongan yang tersembunyi itu. Tuhan telah membuka tabirnya pada diri. Sudahlah..
        Dari hal ini dapat dipetik bahwa kepercayaan itu memang penting, tapi Tuhan selalu menyelamatkan hambanya. “Cukup pada Tuhan sajalah diri percaya!”

4.       “Karena TUHAN MAHA PECEMBURU
        Dari semua yang telah terjadi, sepertinya diri jadi sedikit mendewasa. Kita boleh saja berandai-andai memiliki suatu hubungan yang indah, merencanakan semua hal yang baik akan kelangsungan masa depan. Namun sadar atau tidak kita disini adalah wayang yang dikendalikan oleh dalang. Terlepas dari apapun yang telah diusahakan dan dikorbankan. Diikat distempel dilakban agar menjadi hak milik pribadi. Tapi Tuhan adalah Sang Maha Cinta. Pernah dengar istilah, “jangan mencintai berlebihan, percaya berlebihan, membenci berlebihan?” nah hal ini ada kaitannya. Karena Tuhan Maha Pencemburu.
        Mana mungkin dia membiarkan diri yang terus menerus memikirkan wayangnya yang tidak bisa memberikan manfaat ataupun kejahatan sedikit pun kecuali oleh ijin Nya?Mana mungkin dia akan mendiamkan saja wayangnya rusak dan terinjak-injak oleh cinta yang melebihi cinta kepadaNya. Sudahlah itu tidak baik. Cukup berkata karena bukan jodohnya bukan takdirnya. Ingat selalu akan firman indah Tuhan bahwa, “wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik, begitupun sebaliknya”. mungkin orang itu belum sebaik yang sekualifikasi yang diri harapkan, begitupun sebaliknya diri ini belum pantas untuk orang itu.

5.       Banyak HIKMAH disini, Jika Untuk PEMBUKTIAN, diri malah mendapat Berkah.

        Atas apa yang terjadi sudahlah, diri Cuma ingin bilang terimakasih sudah singgah, begitupun atas semua kekhilafan. Masih kamu simpan toh pesan saya ke keluargamu, bukan tak bisa menemui langsung, namun diri takut disangka masih berharap. Semua tugas saya selesai disini, tugas untuk saling menopang menjadi pribadi yang lebih baik, tugas kuliah mu tesismu, bolehlah diri ini berbangga sedikit setidaknya pernah mendampingi sampai selesai. Untuk pekerjaanmu mulailah untuk tidak bosan ya. Kamu bukan lagi orang bebas sekarang, tanggungan akan keluarga harus dipikirkan. Stop mengeluh, menyalahkan orang. Sudahlah mendewasalah.. seperti  diri yang disini berdiri tegar untuk terus mendewasa mengambil banyak hikmah.
        Diri sudah menyelesaikan tugasnya, tak secuilpun dia melupakan bahwa pasti ada kebaikan dari orang itu sebagaimanapun dia pernah melukai. Itu manusiawi bukan? Sudahlah diri tidak menghiraukannya. Diri hanya ingin mengatakan satu hal yang mengganjal, “jika ini memang direncanakan untuk menzalami diri untuk membuktikan untuk mendapatkan yang lebih baik, itu salah besar, diri tidak merasa tersakiti sama sekali. Banyak hikmah disini”
        Jika boleh diri berbagi hikmah sedikit, diri masih ingat tentang pesan ibumu untuk tidak dulu menikah cepat. Masih tergambar harapan besar dari ibumu, masih tergambar, tidakkah kamu melihatnya?... Kamu ingat tidak, diri ini mengamini dan berkata bahwa diri ini juga anak pertama, meski wanita, diri masih punya mimpi untuk kebahagiaan keluarganya. Ini sejalan bukan?  Jika kamu sadar. Diri ini sangat bersyukur setidaknya masih bisa memilki waktu untuk memuliakan orang tuanya. Terimakasih ya.. Setidaknya terimakasih pula akan kejadiaan ini sehingga diri tetap  tidak mengingkari janji ke ibumu juga terima kasih atas kesempatan diri untuk bisa bersama keluarganya. Keluarga yang sempat sedikit terlupakan karena kesibukannya bersamamu, tapi sekarang diri sadar akan betapa bahagianya diri dengan keluarganya. Terimakasih atas waktu yang diberikan sehingga diri bisa terus berjuang meng-upgrade diri untuk memuliakan orang tua. Terima kasih sekali.
        Selanjutnya, terimakasih dengan kejadiaan ini diri bisa lebih terbuka dan sadar bahwa kita hanya memerlukan beberapa teman yang terbaik saja, tak perlu banyak yang penting terus dibina sampai kita berkeluarga kelak. Iya, silaturahim dengan teman-teman terbaik yang dulu mungkin saya sangat jarang waktu sekarang bisa intens kembali. Terimakasih atas hikmah yang selanjutnya bisa menyambung kembali tali silaturahim yang pernah putus.
        Sebenarnya masih banyak hikmah lain lagi yang entah berapa kata lagi yang diri tuliskan di blog ini. Intinya dari sini diri memiliki waktu untuk mendewasa, mendengar, dan membuka diri akan hal baru. Diri yang senang ngebolang, diri yang sedang mencari dan belajar tentang kehidupan hingga akhirnya bisa dibagi. Terimakasih dan terimaksih sekali…


       
6.   Atas Janji Masa Lalu Diri Melepaskan Dan Melupakan, Namun Kewajibanmu Untuk MEMOHON MAAF Masih Layak Kamu Tunaikan.

        Seperti yang pernah sering diri utarakan bahwa “seorang pria yang dipegang adalah kata-katanya, janjinya!”. Jadi tanpa maksud diri ingin menyinggung tentang janjimu pada diri begitupun mengingatkan. Tidak! Tidak sama sekali!”
        Di point terakhir ini diri hanya ingin bilang, bahwa diri melepaskan dan merelakan semua janji yang kamu pernah utarakan. Diri sangat rela untuk melepaskan. Bukan karena orang itu sudah dengan yang yang lain ataupun bukan karena diri ini ingin dibilang move away/move on. Bukan, tapi diri hanya tidak ingin memberatkan hisabmu. Sudahlah diri sangat mengerti atas kejadiaan ini. Itulah sebabnya Tuhan memberikan kemampuan untuk diri membuang sisi pahit sehingga tidak berbekas, tur pun ketika kenangan itu datang, dengan sangat mudah Tuhan merangkul diri untuk tersenyum dan berbahagia dengan keadaannya sekarang.
        Hanya satu hal saja yang ingin diri sampaikan. Tolong sampaikan maafmu pada orang tua diri. Bukan berarti mereka mengharapkanmu, namun jika kamu masih mengingatnya. “Janji itu pernah kamu utarakan kepada meraka bukan..?”
        Diri ini bukan pendendam, begitupun dengan orang tua diri bukan berarti meraka mengharapkan maaf. Kami bukan orang yang haus akan hal maaf/gila hormat seperti ini, bukan begitu. Namun ada baiknya kamu pergi dengan baik sebagaimana kamu datang. sehingga kamu tidak perlu lagi menghindari diri, tak perlu menghindari diri.

        Terakhir semoga Tuhan merahmati keluargamu, “Barakallahulaka wa Barokalloh alaika wa jama’a bainahuma fii khair” kado dari diri untukmu di 25 januari 2015 lalu. 

Komentar

  1. Allah saves you, and Allah will lead you to a better one, other than him, keep smile, thank you for sharing it 진구야 😚

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Time ke Ovarya Clinic

Asalamualikum sahabat pembaca. Semoga Alloh Yang Maha Rahman melimpahi kesehatan dan keberkahan semua urusan bagi kalian semua. Aamiin Pada tulisan saya kali ini, saya mau ngereview tentang Klinik dr.Mira plus mau ada tes juga disana. Kalo kalian baca tulisan promil ke 2 saya tentu sudah tak asing sama dokter ini dan apa yang namanya"Ovarya Clinic". Yups.  . Langsung saja kita mulai ya.. Jadi lokasi klinik dr.Mira ini berlokasi di daerah Juanda - Depok. Kurang lebih 18 menit dari tempat tinggal kami. Berhubung hari ini hari selasa dan tanggal merah, dokter mira selesai praktek jam 11.30 tadi. Sementara kami datang di siang hari selesai dzuhur. Jadi tak ketemu deh. Hehe Tapi tak apa, memang dari awal janjiannya untuk analisa sperma suami saja di lab nya. Dan Alhamdulillah klinik ini buka hingga pukul 7 malam. Sesampainya disana. Saya langsung ke bagian pendaftaran. Saya ditanya point penting tentang berapa lama pak suami puasa untuk tidak mengeluarkan itu (masa Absti...

Promil di RS Bunda Margonda

Asalamualikum teman Semua. Semoga semua yang baca postingan saya selalu sehat dan diberikan kebahagiaan hidup. aamiin Kali ini ada yang beda. Saya mencoba untuk mendokumentasikan program hamil saya yang dilakukan di RS Bunda Margonda dengan dokter obgyn nya dr.Mira. Sebelumnya saya sudah mencoba riset dulu beberapa dokter kandungan wanita di sekitaran Depok. Ada juga yang merekomendasikan gelar dokternya harus SPOG, K.Fer itu untuk lebih bagus terkait masalah fertilitas katanya. Namun karena di RS Bunda ini adanya dokter laki-laki dengan titel itu, jadi suami belum mengijinkan dan beliau Ridhonya ke Dokter wanita. Jadi bismillah, saya merasa klik dengan dr.Mira ini  dapat menjadi jalan untuk menjemput baby "Y" dan mulailai kami promil perdana bersama Beliau pada Sabtu, 3 November 2018 kemarin. Saya datang dengan Suami ke RS Bunda sekitar Pukul 8 pagi. Selanjutnya melakukan pendaftaran dan diinformasikan bahwa dr. Mira adanya jam 12.00 Siang. akhirnya ya Sudah kami han...

Drama kali ke-2 Konsul di Ovarya Clinic

Asalamualaikum wr wb temen-temen. Semoga Alloh Yang Maha Baik menganugrahkan kesehatan dan kebarokahan rezeki bagi pembaca semua. Aamiin Tepat pada tanggal 23 November hari jumat lalu saya diharuskan kembali ke klinik sama dokternya. Kok gitu? Kok bisa? Begini ceritanya: Semua bermula dari wasap saya ke dr. Mira terkait hasil analisa sperma suami saya yang hasilnya bagus di klinik beliau. Terus saya bilang, ini saya kan sudah dikasih obat yg 5 hari itu sudah habis. Nah tanggal HSG senin depan 26 november 2018 sampai tanggal check up kembali tanggal 3 desember saya sudah tidak konsumsi obat sama sekali. Terus saya bertanya, ini saya tak minum apa-apa lagi ya dok, terkait obat pco saya pun sudah habis. Akhirnya dokternya bilang "Ibu, bisa ke klinik ambil vitamin?" O o.. akhirnya yasudah jumat sore saya langsung ke klinik sepulang  dari kantor. Disana saya bertemu dr. Mira sekitar pukul 7 malam. Dokternya menjelaskan hasil analisa sperma suami saya. Terus saya tida...