Tapi buka dulu topengmu, buka dulu topeng?
penggemar berat peterpan mungkin masih ingat salah satu potongan lirik lagu di atas.
Saya gak tau ya ini persepsi sebagai orang yang beberapa bulan lagi masuk 30 tahun dan sering banget dipanggil ibu dari zaman kuliah. karena muka hitam, judes dan boros mungkin. hehe.
yaudahlah tak usahlah meratapi nasib. sing penting si diri ini sedang berada di fase dewasa awal menemukan banyak "yaudahlah, biarinlah, dan kalem weh"di beberapa tahun terakhir.
penggemar berat peterpan mungkin masih ingat salah satu potongan lirik lagu di atas.
Saya gak tau ya ini persepsi sebagai orang yang beberapa bulan lagi masuk 30 tahun dan sering banget dipanggil ibu dari zaman kuliah. karena muka hitam, judes dan boros mungkin. hehe.
yaudahlah tak usahlah meratapi nasib. sing penting si diri ini sedang berada di fase dewasa awal menemukan banyak "yaudahlah, biarinlah, dan kalem weh"di beberapa tahun terakhir.
Ternyata semakin sedikit berharap maka makin tenang ey. Iya, tapi tetep aja pas nemu yang gak di hati kadang ada aja pengen ngomel. Cuma ternyata mu sengomel apapun se gak nyaman apapun ya gak bakal ngeberhentiin stigma, pemikiran, anggapan, omongan dan tindakan apapun dari orang lain.
Iya kan itu mereka, dengan dirinya sendiri. tidak ada hubungannya sama kamu. gak bisa kamu berharap semua baik semua nyenengin. Disini bukan berarti uncontrol ya, atau merasa bener terus. ya kalau salah evaluasi balik lagi ke fitrah jadi manusia baik. perkara awal diledek tetep dihujat yaganapa, Nabi aja yang sempurna dihina, apalagi diri yang hina betulan. Itu pertama.
Selanjutnya yang kedua yang diri temukan di fase ini adalah, seni menempatkan diri. nih yaudah gak selayaknya ngomel-ngomel, unggah-unggah status gajelas ama semua permasalahan hidup yang semua orang hidup pasti punya. inilah gunanya topeng. bukan sok baik tapi ya jalani aja fasenya, walau tak nyaman ya harus dijalani bukan. masa mu terus-terus ngambekan ngerasa tak cocok tak mau ketemu. yaudahlah hadapi.
Yang jadi catatan dari point ini beda dengan penjilat ya (terlalu lebay akan pujian); tapi kalau ngehadepin dibilang muka dua. Salah sih justru harus menghilangkan sikap syetan satu ini bukan pendendam dan merasa si paling benar. Selalu yakini kalau manusia itu ada di dua sisi (baik dan buruk). bukan hak untuk menilai bukan? mending menilai diri sendiri dulu duhai diri, bukannya di al-quran aja terdapat ayat perintah untuk menghisab (menilai) diri sendiri? untuk apa coba, ya untuk merasa layak gak, udah cukup belum bekal pulang. kalau belum ya nabung lagi kebaikan agar ada bekal dan penyelamat pulang daripada sibuk dengan urusan orang lain.
Iya kan itu mereka, dengan dirinya sendiri. tidak ada hubungannya sama kamu. gak bisa kamu berharap semua baik semua nyenengin. Disini bukan berarti uncontrol ya, atau merasa bener terus. ya kalau salah evaluasi balik lagi ke fitrah jadi manusia baik. perkara awal diledek tetep dihujat yaganapa, Nabi aja yang sempurna dihina, apalagi diri yang hina betulan. Itu pertama.
Selanjutnya yang kedua yang diri temukan di fase ini adalah, seni menempatkan diri. nih yaudah gak selayaknya ngomel-ngomel, unggah-unggah status gajelas ama semua permasalahan hidup yang semua orang hidup pasti punya. inilah gunanya topeng. bukan sok baik tapi ya jalani aja fasenya, walau tak nyaman ya harus dijalani bukan. masa mu terus-terus ngambekan ngerasa tak cocok tak mau ketemu. yaudahlah hadapi.
Yang jadi catatan dari point ini beda dengan penjilat ya (terlalu lebay akan pujian); tapi kalau ngehadepin dibilang muka dua. Salah sih justru harus menghilangkan sikap syetan satu ini bukan pendendam dan merasa si paling benar. Selalu yakini kalau manusia itu ada di dua sisi (baik dan buruk). bukan hak untuk menilai bukan? mending menilai diri sendiri dulu duhai diri, bukannya di al-quran aja terdapat ayat perintah untuk menghisab (menilai) diri sendiri? untuk apa coba, ya untuk merasa layak gak, udah cukup belum bekal pulang. kalau belum ya nabung lagi kebaikan agar ada bekal dan penyelamat pulang daripada sibuk dengan urusan orang lain.
Terakhir adalah fokus pada impian dan cita-cita. Manusia itu fluktuatif sekali, wajar juga, orang komposisi tubuh manusia aja 60% cairan. jadi bukan seberapa kamu pas turun, males, sedih, galau, stress tapi bagaimana kamu bangkit lagi untuk ke garis juang. Balik lagi, salah perbaiki lagi terus aja. begitu.
Beruntungnya di Islam, Alloh menilai awal (niat) dan juga akhir (jadi semisal salah niat, yuk perbaiki akhirnya biar baik dan niatkan lagi yang baik selama prosesnya dan akhiri dengan baik. Tur begitu ketika merasa akhir hampir tak baik, ingat kembali niat awal.. masa mu disia-siain. yuk selesein dengan baik. Jadi inti dari poit terakhir adalah fokus untuk terus jadi pribadi yang baik menurut Tuhan bukan manusia. selesai.
Beruntungnya di Islam, Alloh menilai awal (niat) dan juga akhir (jadi semisal salah niat, yuk perbaiki akhirnya biar baik dan niatkan lagi yang baik selama prosesnya dan akhiri dengan baik. Tur begitu ketika merasa akhir hampir tak baik, ingat kembali niat awal.. masa mu disia-siain. yuk selesein dengan baik. Jadi inti dari poit terakhir adalah fokus untuk terus jadi pribadi yang baik menurut Tuhan bukan manusia. selesai.
Komentar
Posting Komentar